Páginas

Monday, February 25, 2013

asuhan keperawatan pada pasien dengan flu burung


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FLU BURUNG
I.       KONSEP DASAR
A.    DEFINISI
1.      Flu burung adalah penyakit influenza (disebabkan oleh virus influenza tipe A) yang terdapat pada unggas dan umumnya tidak menular pada manusia. Namun beberapa tipe diantaranya ternyata dapat menyerang manusia khususnya virus influenza subtipe H5N1. ( Tamher, Noorkasiani. 2008 : 6)
a.       Virus H5N1 adalah subtipe dari virus influenza tipe A dengan ciri komponen proteinnya menunjukan tipe H5 (hemagglotinin tipe 5) dan N(neuroamidase tipe 1).
b.      AI virulensi rendah adalah tipe virus influenza H5N1 yang menyerang unggas namun hanya menimbulkan penyakit yang ringan bahkan dapat pula tanpa menimbulkan penyakit. Dalam litelatur disebut low patogenic avian influenza (LPAI).
c.       AI firulensi tinggi adalah tipe virus influenza H5N1 yang ganas ,menyerang dan menimbulkan penyakit bahkan kematian pada unggas dalam jumlah besar, dapat menular ke manusia terutama mereka yang mengadakan kontak secara erat dengan unggus. Dalam literatur disebut higpatogenic avian influenza (HPAI).
( Tamher, Noorkasiani. 2008 : 6)
2.      Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1.
 (FAO, Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner)





B.     ETIOLOGI
Dikenal 3 tipe virus influenza, yaitu tipe A, tipe B, tipe C. Virus influenza tipe A terdiri dari beberapa tipe (strain) yaitu H1N1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2, dan lainnya. Saat ini penyebab flu burung adalah Highly Pathogenic Avian Influenza Virus, strain H5N1 bahwa unggas mengeluarkan virus influenza tipe A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus influenza tipe A merupakan penyebab flu burung. 
Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui :
1. Binatang : Kontak langsung dengan unggas atau binatang lain yang sakit atau produk unggas yang sakit.
2. Lingkungan : Udara atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari tinja atau sekret unggas yang terserang Flu Burung.
3. Manusia : Sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok / cluster).
4. Makanan : Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1 dalam satu bulan terakhir.
(Tamher & Noorkasiani. 2008)

C.     PATOFISIOLOGI
Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia dapat terjadi ketika manusia kontak dengan kotoran unggas yang terinfeksi flu burung, atau dengan permukaan atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1. Orang yang berisiko tinggi tertular flu burung adalah pekerja di peternakan ayam ,pemotong ayam ,orang yang kontak dengan unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu burung orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi flu burung ,populasi dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya kematian unggas akibat flu burung. Pada dasarnya sampai saat ini, H5N1 tidak mudah untuk menginfeksi manusia dan apabila seseorang terinfeksi, akan sulit virus itu menulari orang lain. Pada kenyataannya, penularan manusia ke manusia, terbatas, tidak efisien dan tidak berkelanjutan.(Radji,2006)
Penyakit dimulai dari infeksi virus pada sel epitel saluran napas. Virus ini kemudian bereplikasi sangat cepat hingga menyebabkan lisis sel epitel & terjadi deskuamasi lapisan epitel saluran napas.Pada tahap infeksi awal, respons imun innate akan menghambat replikasi virus. Apabila kemudian terjadi re-eksposure, respons imun adaptif yang bersifat antigen spesific mengembangkan memori imunologis yang akan memberikan respons yang lebih cepat. Replikasi virus akan merangsang pembentukan
sitokinin termasuk IL-1, IL-6 dan TNF-Alfa yang kemudian masuk ke sirkulasi sistemik & pada gilirannya menyebabkan gejala sistemik seperti demam, malaise, myalgia dll. Pada keadaan tertentu seperti kondisi sistem imun yang menurun virus dapat lolos masuk sirkulasi darah & ke organ tubuh lain. Bila strain/subtipe virus baru yang menginfeksi maka situasi akan berbeda. Imunitas terhadap virus subtipe baru yang sama sekali belum terbentuk dapat menyebabkan keadaan klinis yang lebih berat. Sistem imunitas belum memiliki immunological memory terhadap virus baru. Apalagi bila virus subtipe baru ini memiliki tingkat virulensi atau patogenisitas yang sangat tinggi seperti virus H5N1. Tipe virus yang berbeda akan menyebabkan respons imun & gejala klinis yang mungkin berbeda. Diketahui bahwa pada infeksi oleh virus influenza A H5N1 terjadi pembentukan sitokin yang berlebihan (cytokine storm) untuk menekan replikasi virus, tetapi justru hal ini yang menyebabkan kerusakan jaringan paru yang luas & berat. Terjadi pneumonia virus berupa pneumonitis intertitial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi & edema intraalveolar, mobilisasi sel sel radang dan juga eritrosit dari kapiler sekitar, pembentukan membran hyalin dan juga fibroblast. Sel radang akan memproduksi banyak sel mediator peradangan. Secara klinis keadaan ini dikenal dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Difusi oksigen terganggu, terjadi hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain. Proses ini biasanya terjadi secara cepat & penderita dapat meninggal dalam waktu singkat karena proses yang ireversibel.
(Emedicine,2009)


D.    MASA INKUBASI
1.      Pada Unggas : 1 minggu
2.      Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari

E.     KLASIFIKASI
Penderita Konfirm H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit
:
Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia
Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)
(MOPH Thailand, 2005)


F.      MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejala yang terdapat pada manusia antara lain:
a.    Demam (suhu bdan diatas 38°C)
b.    Lemas
c.    Perdarahan hidung dan gusi
d.   Sesak napas
e.    Muntah dan nyeri perut serta diare
f.     Batuk dan nyeri tenggorokan
g.    Radang saluran pernapasan atas
h.    Pneumonia
i.      Infeksi mata
j.      Sakit kepala
k.    Nyeri otot
(Widoyono. 2008 : 97)

G.    KOMPLIKASI
a.       Bronkhitis
b.      Infeksi sekunder (radang telinga)
c.       Radang paru-paru (pneumonia)
(Tamher, Noorkasiani. 2008 : 4)


H.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium
1.      Mengisolasi virus ( usap tenggorok, tonsil ,faring)
2.      Pemeriksaan PCR (merupakan suatu metode diagnosis biologi molekuler yang mendasarkan pada deteksi fragmen DNA yang spesifik untuk kuman tertentu)
3.      Uji serologi
1.      Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
2.      Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
3.      Uji penapisan
a.       Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
b.      ELISA untuk mendeteksi H5N1.
4.      Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
5.      Pemeriksaan Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
4.      Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
5.      Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

I.       PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.
Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung.
1.      Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah:
a.       Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.
b.      Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan.
2.      Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.
Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.
a.       Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan melakukan kewaspadaan standar.
b.      Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
c.       Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang.
d.      Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
e.       Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.
f.       Penatalaksanaan diruang rawat inap Klinis.
1.      Perhatikan :
a)      Keadaan umum
b)     Kesadaran
c)      Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
d)     Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
2.      Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :
1.      Penghambat M2 :
a. Amantadin (symadine)
b. Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari.
2.      Penghambatan neuramidase (WHO) :
a. Zanamivir (relenza)
b. Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu.
a)      Pencegahan
Upaya pencegahan penularan tentu saja dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi kotoran (feses) dan secret unggas, dengan berbagai tindakan seperti:
1.      Tiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (seperti masker dan kacamata renang)
2.      Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti kotoran (feses) harus di tatalaksana dengan baik (ditanam atau dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya,
3.      Alat-alat yang digunakan dalam peternakan  harus dicuci dengan desinfektan,
4.      Kandang dan kotoran (feses) tidak boleh dikeluarkan darilokasi peternakan
5.      Mengonsumsi daging ayam yang telah dimasak pada suhu 80oC selama 1 menit dan telur unggas yang telah dipanaskan pada suhu 64oC selama 5 menit,
6.      Melaksanakan kebersihan lingkungan,
7.      Melakukan kebersihan diri.
(Tamher, Noorkasiani. 2008:41)
b)     Pengobatan
1.      Suportif : vitamin, misalnya vitamin C dan B kompleks
2.      Simtomatik : analgesik ,antitusif ,mukolitik
3.      Profilaksis : antibiotik
4.      Pengobatan antivirus dengan Olsetamifir 75mg. Dosis profilaksis adalah 1 x 75 mg selama 7 hari yang diberikan pada semua kasus suspect.
Dosis terapi adalah 2 x 75mg selama 5 hari yang diberikan pada semua kasus suspect yang dirawat. Dosis anak tergantung dari berat badannya.
Panggunaan antivirus sangat membantu ,terutama 48jam pertama ,karena virus akan menghilang sekitar 7 hari setelah masuk kedalam tubuh.
(Widoyono ,2008:97)

II.    ASUHAH KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.
2.      Riwayat kesehatan sekarang
Data yang mungkin ditemukan demam (suhu> 37oC), sesak napas, sakit tenggorokan, batuk, pilek, diare
3.      Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah ada riwayat sakit paru-paru atau tidak.
4.      Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
5.       Riwayat perjalanan
Dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunjungan ke daerah atau bertempat tinggal di wilayah yang terjangkit flu burung, mengkonsumsi unggas sakit, kontak dengan unggas / orang yang positif flu burung.
6.      Kondisi lingkungan rumah
Dekat dengan pemeliharaan unggas dan memelihara unggas.
7.      Pola fungsi keperawatan
a.       Aktivitas istirahat: lelah, tidak bertenaga.
b.      Sirkulasi: sirkulasi O2 < 95%, sianosis, • Eliminasi: diare, bising usus hiperaktif, karakteristik feces encer, defekasi > 3x/hari.
c.       Nyeri atau ketidaknyamanan: nyeri otot, sakit pada mata, konjungtivitis.
d.      Respirasi: sesak napas, ronchi, penggunaan otot bantu napas, takipnea, RR > 20x/menit, batuk berdahak.
Batasan Frekuensi Napas :
a)      < 2bl                      =  > 60x/menit
b)      2bl - <12 bl            =  > 50x/menit
c)      >1 th - <5 th          =  > 40x/menit
d)     5 th - 12 th            =  > 30x/menit
e)      >13                        =  > 20x/menit
e.       Kulit: tidak terjadi infeksi pada sistem integument. 
f.       Psikososial: gelisah, cemas.
(Depkes, Litbang. 2008)

B.     DIAGNOSA
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum.
2.      Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar, gangguan kapasitas pembawa O2 darah, gangguan pengiriman O2
3.      Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d kehilangan cairan berlebihan, status hipermetabolisme, demam, dehidrasi.
4.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, anoreksia.
5.      Intoleransi aktivitas b.d dispnea, kelelahan, batuk berlebihan, ketidakseimbangan suplai oksigen.

C.     INTERVENSI
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam bersihan jalan napas kembali efektif.
Kriteria Hasil :
a.       Tidak ada keluhan sesak nafas
b.      Frekuensi dan irama nafas kembali normal (20x/menit)
c.       Klien dapat melakukan batuk efektif secara mandiri
d.      Klien mampu mengidentifikasi faktor yang dapat menghambat jalan nafas
Intervensi :
a.       Lakukan pengkajian jumlah atau kedalaman pernafasan dan pergerakan dada.
R/ evaluasi awal untuk melihat kemajuan dari hasil intervensi yang dilakukan.
b.      Lakukan auskultasi pada daerah paru, catat area yang konsolidasi dengan cairan/menurun/tidak adanya aliran udara dan adanya suara nafas tambahan seperti crakelss, ronchi, dan whezing.
R/ penurunan aliran udara timbul pada area yang konsolidasi dengan cairan. Suara napas bronkhial (normal diatas bronkus) dapat juga. Crakelss, ronchi, whezing terdengar pada saat inspirasi dan atau ekspirasi sebagai respon dari akumulasi cairan, sekresi kental, dan spasme/obstruksi saluran napas.
c.       Berikan posisi senyaman mungkin (semifowler)
R/ diafragma yang lebih rendah akan membantu dalam meningkatkan ekspansi dada, pengisian udara, mobilisasi dan ekspetorasi dari sekresi lebih optimal.
d.      Ajarkan klien nafas dalam.
R/ napas dalam akan menfasilitasi ekspansi maksimim paru-paru/saluran udara kecil supaya kinerjanya lebih maksimal,  Menahan dada akan membantu untuk mengurangi ketidaknyamanan.
e.       Ajarkan klien batuk efektif
R/ batuk merupakan mekanisme diri untuk membersihkan jalan nafas, dibantu oleh sillia untuk kepatenan saluran udara.
f.       Lakukan tindakan suction bila diperlukan.
R/ melakukan tindakan pembersihan jalan nafas dengan alat bantu dikarenakan ketidakefektifan batuk atau penurunan kesadaran klien.
g.      Anjurkan klien meminum air hangat.
R/ cairan (terutama cairan hangat) akan membantu memobilisasi dan mengencerkan sekret.
h.      Berikan obat atas indikasinya, misalnya mukolitik, ekspetoran, bronkodilator, dan analgesik.
R/ membantu proses pencairan sekret. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa tidak nyaman ketika klien melakukan usaha batuk untuk mengeluarkan sekret, tatapi harus digunakan sesuai penyebabnya.
i.        Usulkan pada dokter untuk pemberian oksigen masker bila diperlukan.
R/ untuk membantu klien pada saat sesak nafas, karena oksigen masker mengoptimalkan jumlah oksigen yang masuk pada klien.
j.        Lakukan monitor serial X-Ray dada, ABGs, Pulse Oximetry
R/ untuk mengetahui kemajuan dan efek dari proses penyakit serta memfasilitasi kebutuhan untuk perubahan terapi.
k.      Bantu klien dengan bronkoskopi/torasentesis jika di perlukan.
R/ kadang-kadang diperlukan untuk mengeluarkan sumbatan mukus, sekret yang purulen dan atau mencegah atelektasis.

2.      Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar, gangguan kapasitas pembawa O2 darah, gangguan pengiriman O2
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam menunjukkan perbaikan ventilasi
Kriteria hasil :
a.       Oksigenasi jaringan dengan AGD dalam rentang normal
b.      Tak ada distress pernafasan
Intervensi :
a.       Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas
R/ untuk mengetahui frekuensi napas
b.       Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis
R/ Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi, sianosis membran mukosa menunjukkan hipoksemia sistemik
c.       Awasi suhu tubuh, bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam
R/ Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan O2
d.      Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum, perubahan tingkat kesadaran.
R/ Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia
e.       Berikan terapi O2 dengan benar
R/ Mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg
f.       Awasi AGD dan Saturasi Oksigen dengan pulse oksimeter
R/Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru

3.      Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d kehilangan cairan berlebihan, status hipermetabolisme, demam, dehidrasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, kekurangan volume cairan dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a.       Membrane mukosa lembab
b.      Turgor kulit baik
c.       Tanda-tanda vital stabil
d.      Balance cairan stabil
Intervensi :
a.       Pantau tanda-tanda vital.
R/  indikator dari volume cairan sirkulasi.
b.      Kaji turgor kulit,membrane mukosa
R/ indikator tidak langsung dari status cairan.
c.       Catat peningkatan suhu, kompres hangat
R/ demam akan meningkat metabolisme harus dikontrol.
d.      Pantau intake cairan.
R/ Mempertahankan keseimbangan cairan
e.       Anjurkan pasien menghindari makanan penyebab diare ( pedas)
R/ mencegah terjadi diare dan kehilangan cairan.
f.       Berikan cairan elektrolit melalui oral / IV
R/ mengurangi resiko kekurangan cairan melalui muntah, diare, dan demam hipermetabolisme.
g.      Pantau hasil laboratorium seperti : Hb/Ht, elektrolit, BUN/kreatinin
R/ Memantau status cairan & elektrolit , mengevaluasi status perfusi/fungsi ginjal

4.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24jam, klien mampu mepertahankan nutrisi yang adekuat
Kriteria Hasil :
a.       Tidak ada tanda malnutrisi
b.      BB ideal
c.       Klien menghabiskan porsi makanan yang disediakan
d.      Klien tidak mengeluh mual saat makan
e.       Klien tidak tampak lemah lagi
f.       Bising usus 5-15 x/mnt
Intervensi :
a.       Kaji kemampuan mengunyah, merasakan dan menelan
R/ Lesi mulut, esophagus menyebabkan disfagia, menurunkan kemampuan mengunyah & nafsu makan
b.      Lakukan pengkajian penyebab mual klien
R/ untuk mengetahui penyebab dan memudahkan pengambilan     tindakan selanjutnya
c.       Auskultasi bising usus
R/ Hipermotilitas dihubungkan dengan muntah & diare, tidak mampu mentoleransi laktosa dan malabsorbsi membutuhkan perubahan diet
d.      Timbang BB sesuai indikasi
R/ Indikator kebutuhan nutrisi/pemasukan yang adekuat
e.       Berikan makanan sedikit tapi sering, termasuk makan kecil yang memiliki kandungan nutrisi yang lumayan bagi tubuh
R/ agar klien tidak merasa cepat kenyang dan untuk menambah jumlah nutrisi yang masuk kedalam tubuh
f.       Anjurkan pasien untuk melakukan perawatan mulut
R/ mulut yang bersih akan menigkatkan nafsu makan
g.      Konsultasikan dengan tim pendukung ahli gizi/ diet.
R/ menyediakan diet berdasaarkan kebutuhan individu dengan rute yang tepat.

5.      Intoleransi aktivitas b.d dispnea, kelelahan, batuk berlebihan, ketidakseimbangan suplai oksigen.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, intoleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a.       Tidak ada dispnea
b.      Tidak terjadi kelemahan
c.       Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
a.       Kaji adanya dispnea
R/ mengetahui tingkat intoleran pasien
b.      Bantu aktivitas perawtan diri yang diperlukan.
R/ meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2
c.       Beri posisi nyaman
R/ agar pasien nyaman
d.      Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan
R/ tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan
e.       Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
R/  membantu meminimalkan intoleransi aktivitas




DAFTAR PUSTAKA


Tamher, Noorkasiani. 2008. Flu Burung : Aspek Klinis dan Epidemiologis. Jakarta : Salemba Medika.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.
Emedicine.2009. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2004014-manajemen-klinis-kasus-flu-burung.
Radji ,Maksum . 2006. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III. Jakarta: UI
Doengoes, Marlyn. 2001. Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Depkes, Litbang. 2008. Flu Burung. www.litbang.depkes.go.id/maskes/072005/flu_burung



0 komentar:

Post a Comment

Sedikit tentang aku nih

aku .. sii pembosan ria >.< aku itu gampang banget bosan, kalau udah bosan pasti diem dan boring ==, paling suka gonta-ganti gaya rambut, dari yang panjang sampai pendek udah aku cobain menurut kalian bagusan rambut panjang atau pendek ? xixixi aku suka hal yang baru. aku punya sejuta mimmpi .. dari yang jadi relawan di pelosok-pelosok indonesia, sampai perawat di jepang ^^ aku yang katanya cuek, sombong, egois, galak, ceria dan murah senyum ..yaaah .. pendapat orang . kenapa nick fb ku BheE"ravenclaw loovegood itu karena di adaptasi dari salah satu tokoh harry potter "luna loovegood" dia ramah, riang dan aneh. dia terlihat berbeda dari yang lain .. aku ingin menjadi aku sendiri aneh dan unik . tetap cuek meskipun di sekitar menghina, menggunjing atau apalah .. berbeda .. aku ingin terlihat berbeda. aku suka menulis .. mengkritik, berkhayal dan mengarang .. aku suka memandang bintang ☆。★。☆。★ .. memikirkan hal-hal indah ^^ aku suka semua yang berbentuk, berhubungan dan semua hal tentang bintang. aku suka warna hijau, aku suka ayam, dan aku sangat suka jalan-jalan 'mirai wa ima no yatteru koto no kekka da' masa depan kita ditentukan oleh apa yang di kerjakan sekarang' Berharap dan berdoa suatu saat ak bisa ke jepang :D ak selalu bermimpi dan berfikir tentang itu .. karna fikiran kita bisa membawa kita ke masa depan . Tetap dengan usaha .. Ganbatte !!

Please do not remove the linkback.

Scrollboxes

Postagens populares

 
2011 Template Gorjuss Slide / Elke di Barros / Templates e Acessórios